How American Eagle and Gap Used Opposite Strategies to Go Viral
Sep 19, 2025
Read Time : 5 min
In the chaotic world of digital marketing, everyone wants to go viral. But what happens when two major brands achieve that goal using completely opposite playbooks? The recent social media buzz surrounding the American Eagle jeans and Gap jeans campaigns is a masterclass in this very paradox. One used controversy and wit to grab attention, while the other leveraged inclusivity and cultural resonance to build a positive connection.
The American Eagle Gamble: Sydney Sweeney and “Great Jeans”
American Eagle launched a high-profile campaign featuring actress Sydney Sweeney, playing on a cheeky wordplay between “jeans” and “genes.” The brand leaned into Americana imagery and a confident, almost provocative tone. The result was an explosion of online conversation. The campaign sparked a widespread marketing controversy, with critics accusing the ad of unintentionally echoing themes of eugenics due to its focus on Sweeney’s appearance and the “great genes” pun. Despite the backlash, the gambit worked. The viral debate generated a massive amount of free publicity, driving up brand stock prices significantly. It proved that in the right hands, controversy can be a powerful, if risky, tool for visibility.
The Gap’s Approach: Katseye and “Better in Denim”
At the same time, Gap took a completely different path with their “Better in Denim” campaign, which focused on the multinational pop group Katseye. This campaign was a celebration of youth energy, diversity, and dance. Instead of a single spokesperson and a controversial tagline, Gap showcased a diverse group of young artists, emphasizing individuality and self-expression. The result was overwhelmingly positive. The campaign was praised for its inclusivity and relatability, quickly amassing millions of views across YouTube and Instagram. It reinforced the brand’s connection with a younger, more globally conscious demographic by building a positive and engaging narrative.
So, which strategy was right?
Both. The ultimate marketing controversy proved that there’s no single path to success. The key takeaway for modern brands is that the best strategy depends entirely on your goals and your target audience. If you want a quick, high-impact visibility boost and are willing to weather the storm of public opinion, the American Eagle approach might work. However, if your goal is to build deep-seated trust and a long-term, positive connection with a diverse audience, Gap’s strategy is the clear winner. At Okular, we believe there’s no single playbook for virality. It’s about understanding your brand’s mission and finding the approach that genuinely resonates.
How American Eagle and Gap Used Opposite Strategies to Go Viral
Dalam dunia digital marketing yang penuh gejolak, setiap orang mau kontennya viral. Tapi, gimana kalau dua brand besar berhasil mencapai tujuan itu dengan strategi yang benar-benar berlawanan? Kegaduhan di media sosial baru-baru ini seputar kampanye American Eagle jeans dan Gap jeans adalah masterclass dari paradoks itu sendiri. Yang satu menggunakan kontroversi untuk menarik perhatian, sementara yang lain memanfaatkan inklusivitas dan cultural resonance untuk membangun koneksi positif.
The American Eagle Gamble: Sydney Sweeney and “Great Jeans”
American Eagle meluncurkan high-profile campaign yang menampilkan aktris Sydney Sweeney, dengan memainkan wordplay cerdas antara “jeans” dan “genes” (gen). Brand ini sangat mengandalkan citra Americana dan nada yang percaya diri, bahkan provokatif. Hasilnya adalah ledakan percakapan online. Kampanye ini memicu kontroversi pemasaran yang meluas, dengan para netizen nafsirin iklan tersebut secara gak sengaja menggemakan tema-tema eugenika karena fokusnya pada penampilan Sweeney dan plesetan “great genes”. Meskipun mendapat kecaman, strategi ini berhasil. Perdebatan viral tersebut menghasilkan publisitas gratis yang luar biasa, mendorong harga saham brand naik secara signifikan. Ini ngebuktiin bahwa di tangan yang tepat, kontroversi bisa menjadi alat yang kuat, meskipun berisiko, untuk meningkatkan visibility.
The Gap’s Approach: Katseye and “Better in Denim”
Di saat yang sama, Gap mengambil jalan yang sama sekali berbeda melalui kampanye “Better in Denim” mereka, yang berfokus pada grup pop multinasional Katseye. Kampanye ini adalah perayaan energi anak muda, keberagaman, dan tarian (viral dance). Dari pada memilih satu icon atau representatif dan tagline kontroversial, Gap menampilkan sekelompok seniman muda yang beragam, menunjukkan individualitas dan self-expression. Hasilnya sangat positif. Kampanye ini dipuji karena inklusivitas dan relatability-nya, yang dengan cepat mengumpulkan jutaan views di YouTube dan Instagram. Ini memperkuat koneksi brand dengan demografi yang lebih muda dan lebih sadar global dengan membangun narasi yang positif dan menarik.
So, which strategy was right?
Keduanya. Kontroversi pemasaran terbaru ini membuktikan bahwa gak cuma ada satu jalur buat menuju kesuksesan. Pelajaran penting untuk brand modern adalah bahwa strategi terbaik sepenuhnya bergantung pada tujuan dan target audiens brand kamu. Kalau kamu menginginkan dorongan visibility yang cepat dan berdampak tinggi serta siap menghadapi badai opini publik, pendekatan American Eagle mungkin berhasil. Namun, kalau tujuan brand kamu adalah membangun kepercayaan yang mendalam dan koneksi positif jangka panjang dengan audiens yang beragam, strategi Gap adalah pemenang yang jelas. Di Okular, kami percaya kalau gak ada satu playbook tunggal untuk menjadi viral. Ini tentang memahami gimana misi brand kamu dan menemukan pendekatan yang benar-benar resonate.